PT Pertamina Hulu Energi (PHE) tengah mengkaji perluasan pengembangan lapangan migas nonkonvensional.
Bagikan Facebook Twitter WhatsApp Linkedin Telegram Tautan Tersalin A- A+ Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Hulu Energi tengah mengkaji perluasan pengembangan lapangan migas nonkonvensional di beberapa lapangan yang menjadi wilayah kerja Pertamina EP.
Rencananya kajian pengembangan lapangan MNK itu bakal dilakukan di kawasan Sumatra, Jawa hingga Kalimantan. Kajian itu diharapkan dapat memberi gambaran yang utuh ihwal potensi pengambangan kembali sejumlah aset tua milik Pertamina.Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memetakan terdapat 14 area yang berpotensi untuk dikembangkan kembali sebagai lapangan MNK. Rencananya, 14 kawasan itu dapat menyumbang produksi sekitar 75.000 BOPD pada 2030.
Skema PSC anyar tersebut, imbuhnya, bakal menawarkan fleksibilitas pengadaan barang dan jasa untuk menunjang kegiatan eksploitasi lapangan MNK. “Skema ini menyerupai model revenue tax or royalty, skema pengembangan shale oil yang sudah proven di Amerika Serikat,” tuturnya.
Norge Siste Nytt, Norge Overskrifter
Similar News:Du kan også lese nyheter som ligner på denne som vi har samlet inn fra andre nyhetskilder.
PHE Kantongi Laba Bersih Rp 69 Triliun di 2022PT Pertamina Hulu Energi (PHE) mencatatkan pertumbuhan produksi migas sebesar 7 persen berbanding tahun lalu
Les mer »
Sepanjang 2022, Pertamina Hulu Energi Catatkan Laba Rp 69,03 Triliun |Republika OnlinePHE memanfaatkan momentum harga minyak yang tinggi dan recovery ekonomi makro
Les mer »
Produksi Naik, Pertamina Hulu Energi Cetak Laba Bersih Rp 69,1 Triliun di 2022Pertamina Hulu Energi Cetak Laba Bersih Rp 69,1 Triliun di 2022
Les mer »
DPR Minta Pertamina Hulu Genjot Produktivitas Demi Ketahanan EnergiWakil Ketua Komisi VI DPR RI Martin Manurung mengingatkan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) agar terus meningkatkan produktivitasnya guna mendukung ketahanan energi nasional.
Les mer »
Energi Terbarukan Lebih Aman dan Bersih Dibanding Energi FosilBatu bara menghasilkan kematian ribuan kali lebih banyak dibanding energi surya. Fakta tersebut tercantum dalam artikel Hannah Ritchie, peneliti Our World in Data, yang membandingkan dampak dari energi terbarukan dan energi fosil. Melalui riset dari berbagai sumber, ia mendapatkan angka tingkat kematian yang dihasilkan oleh kecelakaan dan polusi udara yang bersumber dari produksi listrik tiap jenis bahan bakar. Setiap 1 terawatt per jam (tWh) atau setara dengan 1 miliar kWh listrik yang diperoleh dari pembakaran batu bara, terdapat 24,62 kematian. Angka tersebut meningkat jadi 32,72 kasus per 1 tWh apabila batu bara yang digunakan berjenis batu bara coklat. Untuk diketahui, 1 tWh merupakan jumlah konsumsi listrik per tahun untuk 150 ribu orang di wilayah Uni Eropa (UE). Sedangkan, 1 tWh listrik yang dihasilkan energi surya hanya berdampak pada 0,02 kasus kematian. Kemudian energi nuklir sejauh ini hanya menghasilkan 0,03 kematian per 1 tWh, 820 kali lebih rendah dibandingkan batu bara. Angka itu pun sudah termasuk dengan jumlah korban pada Insiden Chernobyl dan Insiden Fukushima. Kematian yang dihasilkan produksi listrik berbasis energi terbarukan relatif lebih rendah dibanding energi fosil, meski gas alam mencatatkan tingkat kematian yang tak kalah rendah dibanding beberapa energi terbarukan.
Les mer »
Pertamina Gali Harta Karun 'Bukan Migas Biasa' Tahun IniPT Pertamina Hulu Energi (PHE) saat ini tengah mempersiapkan proses pencarian harta karun 'bukan migas biasa' tahun ini.
Les mer »